Selamat Datang Di Blog DKM AL FATAH SADENGKAUM

Mari Bergabung untuk menulis karya temen-temen yang akan ditampilkan disini

24 Mar 2011 | DKM AL FATAH SADENG KAUM >

Kamis, 24 Maret 2011

Ketika Iblis Ditanya Rasulullah

Posted by Rahmat on February 4th, 2011

Ketika Rasulullah SAW di kediaman seorang sahabat Anshar, tiba-tiba terdengar panggilan seseorang dari luar rumah: “Wahai penghuni rumah, bolehkah aku masuk? Sebab kalian akan membutuhkanku.”

Rasulullah bersabda: “Tahukah kalian siapa yang memanggil?” Sahabat menjawab: “Allah dan rasulNya yang lebih tahu.”

Beliau melanjutkan, “Itu Iblis, laknat Allah bersamanya.”

Umar bin Khattab berkata: “Izinkan aku membunuhnya wahai Rasulullah”.

Nabi menahannya: “Sabar wahai Umar, bukankah kamu tahu bahwa Allah memberinya kesempatan hingga hari kiamat? Lebih baik bukakan pintu untuknya, sebab dia telah diperintahkan oleh Allah untuk ini, pahamilah apa yang hendak ia katakan dan dengarkan dengan baik.”

Ibnu Abbas RA berkata: pintu lalu dibuka, ternyata dia seperti seorang kakek yang cacat satu matanya. Di janggutnya terdapat 7 helai rambut seperti rambut kuda, taringnya terlihat seperti taring babi, bibirnya seperti bibir sapi.

Iblis berkata: “Salam untukmu Muhammad. Salam untukmu para hadirin…”

Rasulullah SAW lalu menjawab: “Salam hanya milik Allah SWT, sebagai mahluk terlaknat, apa keperluanmu?”

Iblis menjawab: “Wahai Muhammad, aku datang ke sini bukan atas kemauanku, namun karena terpaksa.”

“Siapa yang memaksamu?”

Seorang malaikat dari utusan Allah telah mendatangiku dan berkata:

“Allah SWT memerintahkanmu untuk mendatangi Muhammad sambil menundukkan diri. Beritahu Muhammad tentang caramu dalam menggoda manusia. Jawabalah dengan jujur semua pertanyaannya. Demi kebesaran Allah, andai kau berdusta satu kali saja, maka Allah akan jadikan dirimu debu yang ditiup angin.”

“Oleh karena itu aku sekarang mendatangimu. Tanyalah apa yang hendak kau tanyakan. Jika aku berdusta, aku akan dicaci oleh setiap musuhku. Tidak ada sesuatu pun yang paling besar menimpaku daripada cacian musuh.”

Maka terjadilah percakapan antara Rasulullah dengan Iblis. Rasulullah memberikan pertanyaan-pertanyaan seputar orang-orang yang dibenci Iblis, amalan-amalan yang paling tidak disukai iblis dan manusia yang menjadi teman iblis. Berikut petikan dialognya.

Orang Yang Dibenci Iblis

Rasulullah SAW lalu bertanya kepada Iblis: “Kalau kau benar jujur, siapakah manusia yang paling kau benci?”

Iblis segera menjawab: “Kamu, kamu dan orang sepertimu adalah mahkluk Allah yang paling aku benci.”

“Siapa selanjutnya?”

“Pemuda yang bertakwa yang memberikan dirinya mengabdi kepada Allah SWT.”

“Lalu siapa lagi?”

“Orang Aliim dan wara’ (Loyal)”

“Lalu siapa lagi?”

“Orang yang selalu bersuci.”

“Siapa lagi?”

“Seorang fakir yang sabar dan tak pernah mengeluhkan kesulitannnya kepda orang lain.”

“Apa tanda kesabarannya?”

“Wahai Muhammad, jika ia tidak mengeluhkan kesulitannya kepada orang lain selama 3 hari, Allah akan memberi pahala orang -orang yang sabar.”

” Selanjutnya apa?”

“Orang kaya yang bersyukur.”

“Apa tanda kesyukurannya?”

“Ia mengambil kekayaannya dari tempatnya, dan mengeluarkannya juga dari tempatnya.”

“Orang seperti apa Abu Bakar menurutmu?”

“Ia tidak pernah menurutiku di masa jahiliyah, apalagi dalam Islam.”

“Umar bin Khattab?”

“Demi Allah setiap berjumpa dengannya aku pasti kabur.”

“Usman bin Affan?”

“Aku malu kepada orang yang malaikat pun malu kepadanya.”

“Ali bin Abi Thalib?”

“Aku berharap darinya agar kepalaku selamat, dan berharap ia melepaskanku dan aku melepaskannya. tetapi ia tak akan mau melakukan itu.” (Ali bin Abi Thalib selau berdzikir terhadap Allah SWT)

Amalan Yang Dapat Menyakiti Iblis

“Apa yang kau rasakan jika melihat seseorang dari umatku yang hendak shalat?”

“Aku merasa panas dingin dan gemetar.”

“Kenapa?”

“Sebab, setiap seorang hamba bersujud 1x kepada Allah, Allah mengangkatnya 1 derajat.”

“Jika seorang umatku berpuasa ?”

“Tubuhku terasa terikat hingga ia berbuka.”

“Jika ia berhaji?”

“Aku seperti orang gila.”

“Jika ia membaca al-Quran?”

“Aku merasa meleleh laksana timah diatas api.”

“Jika ia bersedekah? ”

“Itu sama saja orang tersebut membelah tubuhku dengan gergaji.”

“Mengapa bisa begitu?”

“Sebab dalam sedekah ada 4 keuntungan baginya. Yaitu keberkahan dalam hartanya, hidupnya disukai, sedekah itu kelak akan menjadi hijab antara dirinya dengan api neraka dan segala macam musibah akan terhalau dari dirinya.”

“Apa yang dapat mematahkan pinggangmu?”

“Suara kuda perang di jalan Allah.”

“Apa yang dapat melelehkan tubuhmu?”

“Taubat orang yang bertaubat.”

“Apa yang dapat membakar hatimu?”

“Istighfar di waktu siang dan malam. ”

“Apa yang dapat mencoreng wajahmu?”

“Sedekah yang diam – diam. ”

“Apa yang dapat menusuk matamu?”

“Shalat fajar. ”

“Apa yang dapat memukul kepalamu?”

“Shalat berjamaah. ”

“Apa yang paling mengganggumu?”

“Majelis para ulama.”

“Bagaimana cara makanmu?”

“ Dengan tangan kiri dan jariku.”

“Dimanakah kau menaungi anak – anakmu di musim panas?”

“Di bawah kuku manusia.”

Manusia Yang Menjadi Teman Iblis

Nabi lalu bertanya : “Siapa temanmu wahai Iblis?”

“Pemakan riba. ”

“Siapa sahabatmu?”

“Pezina.”

“Siapa teman tidurmu?”

“Pemabuk.”

“Siapa tamumu?”

“Pencuri .”

“Siapa utusanmu?”

“Tukang sihir.”

“Apa yang membuatmu gembira?”

“Bersumpah dengan cerai.”

“Siapa kekasihmu?”

“Orang yang meninggalkan shalat jumaat”

“Siapa manusia yang paling membahagiakanmu?”

“Orang yang meninggalkan shalatnya dengan sengaja.”

Begitulah percakapan antara Rasulullah dengan iblis. Meski aku sendiri belum tahu kesahihan hadits ini, tapi aku yakin cerita ini banyak manfaatnya. Semoga bisa jadi pelajaran bagi kita agar senantiasa mawas diri dan berhati-hati terhadap semua tindakan sehingga kita bukan termasuk orang-orang yang menjadi temannya iblis. Amien.

7 (Tujuh) Tip Agar Kritikan Menjadi Solusi

Posted by Rahmat on March 12th, 2011

Mungkin di dunia ini hampir tidak ada manusia yang senang dikritik. Kebanyakan dari kita akan tersinggung atau jengah dengan kritikan. Apalagi kalau kritikan itu tidak membangun alias memojokkan bahkan menjatuhkan martabat. Kalau kita aja gak suka dikritik apalagi orang lain. Pastinya sama dong!

Katanya para pakar, mengritik adalah sebuah seni tersendiri. Sebuah artistik behaviour yang membutuhkan keahlian khusus. Karena hanya sedikt orang yang menyukainya. Mengapa? Karena kritik seringakali meninggalkan rasa tidak enak, baik pada si pemberi kritik atau si penerima kritik. Itulah sebabnya kritik harus disampaikan dengan cara efektif agar tidak menjadi ajang pelampiasan ego si pengritik atau malah melukai perasaan si penerima kritik. Tak jarang dari kritikan timbul permusuhan.

Oleh karena itu, kritik hendaknya berupa usulan yang membangun dimana tujuannya adalah menolong orang yang dikritik melakukan hal-hal yang lebih baik. Jadi bukan hanya menghentikan kesalahan, tapi ada solusi agar kesalahan itu berbalik arah menjadi kebenaran. Berikut ini 7 (tujuh) seni mengritik tanpa kita harus menyakiti orang yang dikritik. Tip agar dari kritikan itu timbul solusi bukan saling membenci.

Pertama, Usahakan Empat Mata. Hindarkan mengritik seseorang di depan umum. Bahkan, usahakan tidak mengatakan kritikan tersebut bila ada satu saja orang lain di sekitar situ yang mungkin bisa mendengarnya. Karena hal itu bisa melukai ego orang yang dikritik. Kalau kita ingin kritikan itu berhasil, jangan mengganggu ego orang yang dikritik. Prinsipnya adalah “kritiklah seseorang di punggungnya dan sampaikan pujian di muka umum”

Kedua, Awali Dengan Pujian. Kata-kata manis dalam bentuk pujian mempunyai pengaruh dalam menciptakan suasana yang bersahabat. Ini akan membuat orang yang akan dikritik marasa senang dan mengendorkan pertahanan dirinya. Pujian membuka pikiran orang dan menjadi welcome terhadap kritikan.

Ketiga, Nothing’s Personal. Kritiklah perbuatannya, bukan orangnya. Dengan begitu, kita tak hanya menjaga perasaan orang, tapi juga menyelamatkan egonya. Selain mengarahkan kritik pada perbuatannya, pada saat yang sama kita bisa memberi pujian dan menguatkan egonya. Kita bisa mengatakan, “Saya tahu dari pengalaman yang lalu bahwa kesalahan ini tidak biasa terjadi pada diri Anda.”

Keempat, Berikan Jawabannya. Ketika kita memberi tahu orang lain tentang kesalahannya, maka kitapun berkewajiban memberi tahu cara melakukan yang benar. Penekanan dari kritik sesungguhnya bukan pada kesalahannya, tapi pada cara memperbaikinya dan menghidari kesalahan serupa terulang kembali. Salah satu keluhan terbesar dari orang yang dikritik adalah “Saya tidak tahu apa yang diharapkan dari saya.”

Kelima, Jangan Menuntut. Kita akan mendapat kerja sama lebih besar dengan cara meminta daripada menuntut. Kalimat, “Bersediakah Anda memperbaikinya?” jauh terdengar lebih enak dibandingkan dengan mengatakan, “Kerjakan sekali lagi dan kali ini saya ingin Anda mengerjakan dengan benar!”

Keenam, Tak Perlu Merembet. Meminta perhatian atas suatu kesalahan hanya dapat dibenarkan satu kali. Maksudnya, kritiklah sekali saja. Dua kali tidak perlu, tiga kali mengganggu. Ingatlah tujuan mengritik adalah untuk menyelesaikan pekerjaan, bukan untuk memenangkan pertarungan ego. Bila kita tergoda untuk mengungkit-ungkit masalah lama atau kesalahan yang sudah lewat dan sudah selesai, tidak akan pernah efektif menyelesaikan pekerjaan.

Ketujuh, Dengan Cara Bersahabat. Persoalan belum tuntas jika belum diselesaikan dengan cara bersahabat. Jangan biarkan persoalan menggantung dan baru dibahas lagi dikemudian hari. Selesaikanlah. Akhirilah dengan pertanyaan,“Oke, sepertinya kita bisa ya mengatasi persoalan ini. Anda pasti bisa, dan saya pasti membantu.” atau “Saya tahu saya bisa mengadalkan Anda.”

Itulah tujuh tip mengritik tanpa harus menyakiti. Agak sulit sih jika kita lebih menekankan pada ego. Apalagi jika orang yang dikritik adalah orang yang selama ini jadi saingan kita. Wuiih… pengennya langsung labrak. Biar tau rasa. Tapi itu bukanlah jalan terbaik, sobat. Yang terbaik adalah kita temukan solusi. Selamat mencoba dan sukses!!

Inilah Manusia-manusia Penghuni Surga

Posted by Rahmat on March 3rd, 2011

Masuk surga adalah dambaan kita semua. Itu cita-cita hakiki kita. Cita cita abadi kita untuk menjadi bagian dari penghuninya. Ingin tinggal di sana selamanya. Menikmati karunia Allah yang tak terkira luasnya. Yang la ‘ainun ra’at wa la udunun sami’at. tidak ada mata yang pernah melihat, tidak ada telinga yang pernah mendengar dan ia belum pernah terbetik di dalam benak manusia. Pokoknya sungguh nikmat. Seperti yang diumpamakan Allah dalam Al-Quran:

“Perumpamaan surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang takwa ialah seperti taman yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; buahnya tak henti-henti, sedang naungannya (demikian pula). Itulah tempat kesudahan bagi orang-orang yang bertakwa; sedang tempat kesudahan bagi orang-orang kafir ialah neraka.” (Ar-Ra’d: 35)

Sayangnya jalan untuk menjadi penghuni surga tidaklah mudah. Banyak cobaan, ujian dan lika-liku yang harus kita tempuh agar kita bisa mendapat ridha Allah untuk menempati surga-Nya yang Agung. Hanya manusia-manusia pilihan-Nya lah yang boleh memasuki “Taman Eden” itu. Manusia seperti apa kira-kira? Allah menggambarkan 6 (enam) karakter para penghuni surga seperti dalam surat Ali Imran, ayat 133-135.

“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Rabb-mu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, yaitu orang-orang yang menginfakkan hartanya, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema’afkan kesalahan orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. Dan juga orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka. Dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.”

Dalam ayat di atas jelas bahwa surga disediakan bagi orang-orang yang bertakwa. Kita bisa simpulkan setidaknya ada 6 (enam) karakteristik manusia penghuni surga.

Pertama, Manusia bertaqwa. Taqwa sebagaimana yang telah kita ketahui bersama bisa diartikan sebagai manusia yang selalu menjaga diri dari azab Allah dengan mengerjakan apa yang diperintahkan-Nya serta menjauhi apa yang Allah larang.

Kedua, Manusia derma. Selalu menginfakkan hartanya baik dikala lapang maupun saat sempit. Manusia penghuni surga selalu berusaha menunaikan apa saja yang diperintahkan untuk diinfakkan seperti zakat, shadaqah, dan tidak lupa pula nafkah bagi keluarganya. Tidak hanya di waktu lapang atau banyak harta, namun ketika dia ditimpa dengan kesempitan dia tetap berinfak.

Ketiga, Manusia sabar. Selalu menahan Amarah. Sebagian dari kita mungkin merasa takjub. Ternyata karakteristik penghuni surga adalah dia mampu menahan amarahnya. Suatu perkara yang mungkin terasa berat bagi sebagian orang.

Keempat, Manusia pemaaf. Ini juga perkara yang berat. Memaafkan dengan tidak menuntut balas meskipun dia sendiri mampu untuk membalasnya. Tapi dia lapang dada dan mau memaafkan orang yang meminta maaf dengan tulus.

Kelima, Manusia yang suka bertaubat. Bila melakukan Dosa, ia ingat kepada Allah dan Mohon Ampun kepada Allah. Inilah karakteristik penduduk surga. Bila terbuai dengan dosa, dia lantas mengingat Rabbnya dan segera meminta ampun.

Keenam, Manusia yang istiqamah pada jalan yang benar. Dia tidak meneruskan perbuatan dosa ketika dia mengetahui itu dosa. Meski dosa itu dianggap sebagai dosa keci. Asy Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin mengatakan bahwa terus-menerus melakukan dosa dalam keadaan seseorang itu tahu bahwa itu dosa akan menyebabkan dosa kecil menjadi besar dan bisa membuat mati hati seseorang. Orang yang istiqamah pada jalan yang benar, dia adalah para penghuni surga

Itulah enam karakteristik manusia-manusia penghuni surga seperti yang ada dalam surat Al-Imran ayat 133 – 135. Tentu kita yang bertekad dan punya cita-cita masuk surga akan berusaha sekuat tenaga agar memiliki keenam sifat itu.

Mari sama-sama berdoa semoga Allah memberi kekuatan kepada kita untuk terus selalu berikhtiar menjadi manusia yang baik dan memiliki enam karakter para penghuni surga. Amien.